Bani Umayyah [Kebangkitan dan Kehancuran] -- Part #2

| No comment
Jabal Tariq (Gilbraltar) menjadi saksi semangat dan kekuatan pasukan Islam di bawah komando Tariq bin Ziyad sebagai penerus perjuangan Tharif bin Malik. Penyebaran Islam di Spanyol sempat tersendat karena konflik kekuasaan. Kemudian, Abdurrahman menjadi penerus perkembangan Islam di Spanyol sepeninggalan Tariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair.

Setelah Islam masuk ke Spanyol, bukan berarti Spanyol mendapatkan pencerahan langsung. Kepentingan politik internal dan gejolak sosio-kultural menjadi bagian dari penghambat pembangun kebudayaan di sana. Setidaknya, karena gejolak politik internal Daulah Umayyah, terdapat dua puluh kali pergantian wali (gubernur) dalam waktu yang sangat singkat. Perselisihan ini tidak lain adalah perselisihan kelompok etnis. Bani Umayyah masih membeda-bedakan antara orang Barbar asal Afrika Utara, para muallaf, dan Arab asli. Sedangkan orang Arab sendiri terpecah antara arab Quraisy (Arab Utara) dan Arab Yaman (Arab Selatan).

Setelah kekuatan Bani Umayyah di Damaskus direbut oleh Bani Abbasiyyah, kekuatan Bani Umayyah berpindah ke Spanyol oleh Abdurrahman I pada tahun 138 H/755 H. Ia pun mendapat gelar ad-Dakhil (yang Masuk ke Spanyol). Kekuasaan tertinggi Bani Umayyah dipegang oleh seorang Amir (gubernur).

Dalam rentang waktu 755-912 M, Spanyol dipimpin oleh Abdurrahman ad-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad bin Abdurrahman, Minzir bin Muhammad, dan Abdullah bin Muhammad.

Dalam rentang waktu ini pula, Bani Umayyah berhasil memperoleh kemajuan-kemajuan. Seperti pembangunan masjid agung Cordova, sekolah-sekolah, perbaikan di bidang kemiliteran, filsafat, fikih, dan lain sebagainya, serta kegiatan ilmu pengetahuan yang terus bersemarak. Para Amir tersebut berhasil membangun kestabilan Spanyol. Meskipun pada tahun 852 H, gerombolan pemberontak Toledo membentuk negara kota yang bertahan selama 80 tahun.

Sepeninggalan Abdullah bin Muhammad, kekuasaan Spanyol dipegang oleh Abdurrahman an-Nasir. Pada masa inilah, muncul kerajaan-kerajaan kecil yang disebut dengan Muluk at-Tawaij. Abdullah bin Muhammad mengganti sistem pemerintahan Amir menjadi khalifah. Tindakan tersebut dilakukan setelah Abdurrahman III menerima kabar tentang Al-Muktadir yang memerintah daulah Abbasiyyah meninggal dalam permbunuhan.

Gelar khalifah menjadi gelar resmi Umayyah sejak tahun 929 M, dan mengalami masa kejayaan pada masa Khalifah Abdurrahman an-Nashir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).

Dalam rentang 902 – 1013 M, Banu Umayyah memang mengalami kemajuan yang pesat di Spanyol. Namun, pada akhir masa itu, tanda-tanda kemunduran Umayyah mulai tampak. Hal itu bermula dari Hisyam yang diangkat sebagai Khalifah pada umur sebelas tahun. Hal yang sangat memprihatinkan lagi, ketika pemerintahan Spanyol terpecah menjadi tiga puluh negar kecil dibawah raja-raja golongan atau al-Muluku ath-Thawaif.