Salman Ak-Farisi: Sahabat Sang Pencari Kebenaran

| No comment
Ia adalah pahlawan perang Khandaq, yakni salah satu peperangan di mana Kota Nabi dikepung oleh orang-orang Quraisy dan suku-suku sekitar Kota Nabi yang tidak ridho dengan agama Allah. Ia yang mengusulkan kepada Nabi untuk membuat parit mengelilingi Kota Nabi sebagai benteng pertahanan. Subhanallah, strategi perang macam apa ini? Di tanah Arab tidak ada strategi macam ini. Ini adalah strategi perang dari Persia.

Ialah Salman yang telah memberi strategi benteng parit yang membuahkan kemenangan. Tapi selain pahlawan perang Khandaq siapakah ia sebenarnya?

Ia adalah putra dari gubernur di Persia. Putra seorang yang kaya raya. Salman hidup dalam kemewahan. Kebenaran yang ia terima hanyalah kebenaran yang ia terima dari Zarathusta. Hingga suatu hari, ketika ayahnya memintanya untuk menjaga nyala api kuil, ia melintasi jamaah Nasrani yang sedang mengkaji Alkitab. Dari sanalah ia menerima sesuatu yang baru. Sebuah kebenaran tentang Keesaan Pencipta alam semesta.


Di gereja itulah Salman meninggalkan keimanan yang diajarkan ayahnya, lalu memeluk agama Nasrani yang diharapkan akan memenuhi dahaga pengetahuannya tentang Keesaan Pencipta alam semeste. Namun nahas, orang tuanya mengetahui perihal tersebut lalu mengurung Salman.

Dari budaknya ia mendengar rombongan saudagar dari Konstantinopel. Salman pun senyum sumringah. Lalu ia menulis surat bahwa dirinya ingin ikut rombongan tersebut ketika pulang ke Konstantinopel untuk mempelajari Alkitab. Tibalah waktunya, ketika rombongan saudagar tersebut pulang ke Konstantinopel Salman berhasil kabur dari rumah dan mengikuti rombongan dagang tersebut.

Di sanalah ia belajar Alkitab. Ketika pendeta yang mengajarinya berada di penghujung ajal, Salman meminta supaya ditunjukkan kepada siapa ia harus belajar mengenal Sang Pencipta.

“Inilah saatnya,” Jawab pendeta itu, “tiba seorang pembawa berita. Ia tidak makan makanan yang disedekahkan untuk sahabatnya. Ia hanya makan makanan yang khusus dihadiahkan untuknya. Di punggung lelaki itu tanda kenabiannya. Pergilah ke Tanah Arab.”

Lalu, Salman mengikuti rombongan saudagar dari Tanah Arab. Tapi sialnya, ditengah perjalanan ia dicurangi. Barang bawaannya dijarah, dan ia ditahan sebagai budak belian. Sesampainya di Tanah Arab, Salman menjadi buda. Tapi hal itu tidak menyurutkan niat sucinya untuk mencari kebenaran. Hingga suatu hari, ketika ia mendengar tentang kedatangan Nabi ia pun pergi menemuinya.

Salman memberikan sekantung kurma kepada Rasulullah, tapi Rasulullah membagikannya kepada para sahabatnya dan ia sendiri tidak memakan sebutir pun. Pertanda pertama yang ia terima dari pendeta di Persia terbukti. Salman belum terlalu yakin. Lalu ia memberi sekantong lagi kurma.

“Hai Muhammad, terimalah kurma ini sebagai hadiah yang kukhususkan untukmu.”
Rasulullah pun menerima pemberian Salman dan memakannya. Pertanda kedua terbukti, dan Salman mulai yakin.

Kemudian Salman mencari kesempatan untuk berada tepat dibelakang Rasulullah untuk melihat tanda kenabian sebagaimana yang diceritakan oleh pendeta. Menyadari kalau Salman sedang menyelidiki sesuatu, Rasulullah pun menurunkan sedikit jubahnya sehingga terlihatlah tanda kenabian sebagaimana yang dikabarkan pendeta.

Salman mereguk keimanannya, menyatakan keislamannya. Hanya saja ia adalah seorang budak. Kegelisahan yang selalu mengganggunya. Hingga ketika Rasulullah mengetahui perihal tersebut Beliau pun memberikan solusi. Disampaikan kepada Salman bahwa ia akan menebus kemerdekaannya dengan harga yang setimpal; 300 pohon kurma dan 20 ons emas.

Majikan Salman menyetujui tawaran tersebut -dan sejak itu mulai berlaku hukum bagi budak untuk memerdekakan dirinya sendiri atau yang disebut dengan budak mukattab. Dibantu para sahabat yang menyumbang puluhan pohon kurma dan Rasulullah sendiri yang menanamnya, Salman berhasil menanam 300 pohon kurma dan dari 300 itu tidak ada yang mati. Dari kedermawanan para Sahabat Rasul pulalah emas seberat 20 ons terkumpul.

Dari tebusan itu, Salman pun mendapatkan kemerdekaannya kembali.