Study Tour 2012: Hasil Karya Negeri Tetangga

| No comment
"Selamat sore.” Bibirnya menabur senyum. “Selamat datang di Singapore.” Begitu lanjutnya dengan logat melayunya yang khas.
Sore itu waktu menunjukkan pukul tiga waktu setempat. Bus pariwisata mengantarkan kami menyusuri jalan-jalan protokol, merayap di bawah gedung-gedung pencakar langit. Decak kagum terucap dari siswa yang sebagian memang jarang menangkap langsung pemandangan serupa dengan mata telanjang. Sorak kagum pun tak terelakkan lagi ketika mereka mendengar penjelasan dari tour guider  tentang terowongan dan parkir yang terletak lima belas meter di dalam tanah.
Begitu pula ketika perjalanan memasuki wilayah Malaysia. Di negeri Johor suguhan beton menjulang tidak begitu memukau, tapi memasuki Kuala Lumpur satu demi satu saling beradu tinggi mencapai langit. Terutama ketika dari jendela bus terlihat menara kembar kebanggaan negeri Jiran itu; Twin Tower atau KLCC, begitu mereka menamainya.
Itulah hasil karya dari peradaban negeri tetangga. Singapura dengan keterbatasan teritorialnya yang sempit memicu inovasi-inovasi pengembangan infrastruktur dengan membuat gedung setinggi-tingginya, dan membuat terowongan sedalam-dalamnya. Bahkan, menurut guide kami, rencana jangka panjang mereka, dua puluh tahun mendatang aktifitas warga akan lebih banyak dilakukan di runag bawah tanah.
Malaysia pun demikian, keberagaman suku membuat mereka harus bersatu padu. Warga Melayu, India dan China saling bergandeng tangan membangun negeri. “Satu Jiwa Membangun Negeri” begitulah slogan yang tertulis di ruas tol Johor-Kuala Lumpur.
Tentang Singapura, ketika siswa-siswi berdecak kagum melihat infrastruktur negara tersebut, saya dan teman saya, Najih Mustafa, justru sedikit berdiskusi tentang bagaimana Singapura mampu melakukan ini semua. Kesimpulan dari diskusi itu setidaknya menemukan satu titik bahwa keterbatasan justru akan melahirkan inovasi.