Tekad untuk Belajar

| No comment
Syarofuddin Yahya al-Imrithiy pernah memberikan nasehat kepada kita dalam bab pembukaan kitab 'Imrithy. Nasehat itu berbunyi demikian: 
Kurang lebih, nasehat itu bisa diterjemahkan begini: Derajat seorang pemuda akan diangkat tinggi karena kemulyaan tekatnya (niatnya). Setiap orang yang tak memiliki tekat yang mulia maka ia takkan memberi manfaat.
Kita bisa menarik makna ‘fata’ yang secara harfiah berarti ‘pemuda’ ke dalam beberapa terminologi. Dalam lingkungan pendidikan, kita bisa menarik maknanya ke dalam dua terminologi yaitu guru dan siswa. 

Guru adalah profesi yang sangat mulia. Ia menjadi tonggak utama penyaluran cahya ilahi yang bernama ilmu pengatahuan. Bahkan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan telah dijanjikan oleh Allah akan ditempatkan di derajat yang tinggi.

Namun, tidak semua orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang baik dan mumpuni akan serta merta menempati derajat yang dijanjikan oleh Allah tersebut. Anggaplah hadiah kemulyaan itu adalah klausa tindakan, maka diperlukan syarat aksi untuk mendapatkannya. Di antara syarat yang saya maksud adalah ketulusan dalam mengamalkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya sekaligus mengajarkannya.
Menjadi guru sudah berada di posisi yang benar dan tepat untuk mengamalkan dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Tinggal meluruskan niat dalam mengajar dan mendidik siswa, sangat memahami dirinya sendiri untuk apa dirinya berada di dunia pendidikan, dan mengerti apa yang sebenarnya ingin diraih dalam dunia pendidikan.
Saya kira kita tidak perlu membahas lagi tentang falsafah pendidikan, apa hakekat, metode dan tujuan pendidikan. Kita sudah selesai dengan permasalahan itu. Kita tinggal merawat niat kita dalam mengajar dengan baik, memupuk kepekaan kita untuk membimbing anak-anak supaya kelak mereka siap menghadapi tantangan di zamannya. Dan guru yang tidak memiliki niat/tekad yang kuat cenderung mudah terhempas oleh berbagai permasalah dan kehidupan pribadi.
Lain guru lain pula siswa. Mereka bukan sekedar harapan bagi orangtuanya, tetapi menjadi tumpuan bagi generasi bangsa karena merekalah yang akan mengisi kehidupan berikutnya. Kalau salah mendidik di usia dini maka bisa kita bayangkan sendiri dampaknya dalam satu atau dua dasawarsa kedepan.
Siswa-siswi kita saat ini tidak hanya berhadapan dengan materi-materi pelajaran yang kompleks, mereka juga berhadapan dengan godaan-godaan lingkungan terutama teknologi informasi dan komunikasi. Mereka masih tampak labil. Cobalah cermati kebiasaan mereka untuk me-rebroadcast sms yang diterimanya tanpa memilih dan memilah. Cobalah kunjungin akun media sosial mereka dan cermati tema pembicaraan mereka.
Usia mereka saat ini berada di fase yang kritis dan labil, di persimpangan antara hasrat dan idealitas. Daya saring mereka belum secanggih orang-orang dewasa, tapi daya serap mereka melampui perkiraan para guru dan orangtuanya.
Saya sangat senang dan kagum ketika mendengar siswa-siswi tingkat menengah mampu berkiprah dalam perebutan pretasi, baik akhirnya kalah ataupun menang. Sekilas tampak kejam karena mereka harus menjatuhkan orang lain, tapi sekilas mereka dapat belajar tentang betapa pentingnya fokus dan tujuan. Itulah daya dorong yang mampu membuat mereka melesat.
Di sinilah peran lembaga pendidikan. Ia mencoba menyelaraskan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Guru membuat skenario dan simulasi untuk menanamkan pemahaman. Siswa membuka jendela untuk memperluas wawasan. Guru dan siswa harus bak gayung bersambut. Tentu saja, pada praktiknya tidak akan semudah membalikkan telapak tangan. Tentu saja, ada hambatan-hambatan yang menggelisahkan sekaligus menantang.
Sekali lagi, baik siswa maupun guru, ataupun siapa saja yang memiliki i'tikad yang baik, kemulyaan hidup takkan mudah diraih. Dengan keteguhan dan ketekunan dibalik niat yang kuat kita akan meraih kemulyaan itu. Apa indikasinya? Dalam lanjutan syair itu berbunyi:
Hendaklah ia menjadi orang yang memberi kemanfaatan bagi orang lain melalui ilmu pengetahuan yang dimiliki. Tidak hanya mengamalkan ilmu pengetahuannya, tetapi juga menjaga dan mendalaminya secara tekun.
Terimakasih, semoga bermanfaat.

2015