Tim Sai Hebat

| No comment
Kiri: Sunaryo (Guru IPA) || Kana: Hairul (Wali Kelas)
Mereka adalah tim terbaik saya yang telah saling membahu untuk menghantarkan siswa-siswi kami lulus dari jenjang menengah pertama. Saya merasa beruntung sekali telah bekerja tim bersama mereka. Semoga energi positif yang terpancar memendar ke semua kegiatan yang akan kami lakukan.

Sejak semula tim ini dibentuk, kami sudah menanamkan komitmen bahwa kesuksesan siswa-siswi adalah prioritas utama kami. Bersama anak-anak mereka berjibaku membahas soal, membuka wawasan, dan menyambungkan kembali memori-memori tentang materi pelajaran yang telah terputus. Banyak tips dan trik yang telah mereka lakukan dan saya yakin itu berjalan dengan baik. Ah, sudahlah tak baik terlalu menghitung-hitung butiran keringat yang keluar dari pori-pori mereka.

Sekolah menunjuk saya untuk mengomandoi persiapan siswa-siswi untuk menghadapi UN. Sudah lima kali UN dilaksanakan dan saya selalu hadir di sana. Selama itu kami laksanakan dengan komitmen yang sama. Yang paling susah adalah menganulir tujuan-tujuan pragmatis.
Tujuan-tujuan pragmatis itu ternyata bukan sekedar lulus UN dengan nilai yang tinggi supaya bisa masuk ke sekolah dambaan. Tapi justru ini yang paling menggoda dan paling sulit untuk diajak kerjasama. Kalau ini dibiarkan tumbuh subur maka tidak menutup kemungkinan bahwa kelak akan tumbuh budaya tidak sehat dalam rangka menghadapi UN.

Bukankah sudah jamak terjadi di sekolah tingkat menengah bahwa ada transaksi gelap untuk memperjualbelikan kunci jawaban UN. Entah sumber kunci itu dari mana, sulit menelusuri, harus ada penyelidikan dan investigasi untuk dapat mengungkapkannya. Kalau hanya bercerita saya bisa menceritakannya dengan gamblang hanya saja saya tak bisa membuktikan. Semua tersusun dengan rapi.

Kebiasaan buruk yang mengakar ini lambat laun akan menghancurkan sekolah itu sendiri, alih-alih mendidik siswa-siswi tentang nilai kejujuran dan kerja keras. Adik-adik tingkatnya pun menjadi kurang minat belajar karena mereka meyakini bahwa nanti saat UN mereka akan dibantu atau mencari bantuan.

Kembali saya bersyukur karena tim yang bekerjasama dengan saya adalah personil-personil yang tetap gigih memegang prinsip kejujuran dan kerja keras. Banyak tekanan dan cibiran ketika siswa-siswi kami tidak mendapatkan nilai tinggi sehingga outcome sekolah hanya sampai di tataran rangkin menengah. Banyak pula cibiran terhadap idealisme yang kami pegang ini. Semoga Allah tetap menguatkan hati kami.  

Di sela-sela pelaksanaan UN

Di sela-sela pelaksanaan UN