Waktu saya dan teman-teman melihat catatan kecil di pojok atas yang berbunyi "Open Book", serentak semuanya tertawa senang karena kami boleh mencontek. Dan beberapa minggu yang lalu, saya mendengar kembali sorak ceria yang sama dan karena alasan yang sama. Bukan saya yang bersorak ceria, tapi murid-murid saya.
Sebenarnya apa untungnya Open Book? Tinggal siapa yang mau menjawab dong. Tapi setidaknya ada beberapa penilaian. Terutama kalau penilaian itu datang dari siswa/i dan murid.
Bagi siswa, open book tentu bisa bermakna segelas air di tengah padang pasir. Tapi, harus hati-hati. Ingat cerita pasukan nabi Daud yang tidak boleh minum air di telaga kecuali seteguk saja? Kebanyakan mereka tergoda untuk minum air terlalu banyak dan akhirnya tidak bisa melanjutkan perang. Itulah open book. Siswa jangan sampai terpancing oleh keinginan "mencontek" itu, karena itu akan menghabiskan waktu yang banyak. Kalau memang ingin melihat materi, carilah yang betul-betul tidak tahu dan hanya pada waktu yang mendesak saja.
Artinya, jangan pernah cepat tergoda untuk membuka catatan kecuali pada: a) materi yang betul-betul mendesak. b) jangan membuka-buka materi lain hanya karena untuk meyakinkan bahwa jawaban yang sudah ditulis adalah jawaban yang benar. c) mulailah membuka pada menit-menit, eh detik-detik terakhir saja.
Memang, open book tidak bisa di klaim sebagai contekan, karena itu "diizinkan" oleh guru. Tapi cobalah tilik satu sisi yang lain. Kebanyakan open book malah tidak membantu. Jika hal itu tidak membantu, mengapa belajar kamu yang telah susah dilakukan sebelum harus dirusak dengan metode itu?
Kenapa guru mengizinkan open book?
Tentu saya tidak menjawab secara pasti. Tapi setidaknya ada "sesuatu" yang ingin diketahui. Sesuatu adalah:
a) Guru akan melihat siapa yang "gupek" merengek dan buka sana buka sini. Siswa yang seperti itu bisa dipastikan bahwa dia tidak siap ulangan. Singkatnya TIDAK BELAJAR.
b) Insya Allah, mereka -para bapak dan ibu guru- sudah memperhitungkan kualitas soal, sehingga mengizinkan untuk open book. Soal yang dibuat akan diminimalisir sedemikian rupa supaya tidak text book, supaya tidak sama dengan isi buku. Sehingga siswa yang gupek tadi akan "ketipu". Tapi, kalaupun ternyata ada, ya anggaplah itu bonus.
Jadi.... masih mau dengan soal open book??
Sebenarnya apa untungnya Open Book? Tinggal siapa yang mau menjawab dong. Tapi setidaknya ada beberapa penilaian. Terutama kalau penilaian itu datang dari siswa/i dan murid.
Bagi siswa, open book tentu bisa bermakna segelas air di tengah padang pasir. Tapi, harus hati-hati. Ingat cerita pasukan nabi Daud yang tidak boleh minum air di telaga kecuali seteguk saja? Kebanyakan mereka tergoda untuk minum air terlalu banyak dan akhirnya tidak bisa melanjutkan perang. Itulah open book. Siswa jangan sampai terpancing oleh keinginan "mencontek" itu, karena itu akan menghabiskan waktu yang banyak. Kalau memang ingin melihat materi, carilah yang betul-betul tidak tahu dan hanya pada waktu yang mendesak saja.
Artinya, jangan pernah cepat tergoda untuk membuka catatan kecuali pada: a) materi yang betul-betul mendesak. b) jangan membuka-buka materi lain hanya karena untuk meyakinkan bahwa jawaban yang sudah ditulis adalah jawaban yang benar. c) mulailah membuka pada menit-menit, eh detik-detik terakhir saja.
Memang, open book tidak bisa di klaim sebagai contekan, karena itu "diizinkan" oleh guru. Tapi cobalah tilik satu sisi yang lain. Kebanyakan open book malah tidak membantu. Jika hal itu tidak membantu, mengapa belajar kamu yang telah susah dilakukan sebelum harus dirusak dengan metode itu?
Kenapa guru mengizinkan open book?
Tentu saya tidak menjawab secara pasti. Tapi setidaknya ada "sesuatu" yang ingin diketahui. Sesuatu adalah:
a) Guru akan melihat siapa yang "gupek" merengek dan buka sana buka sini. Siswa yang seperti itu bisa dipastikan bahwa dia tidak siap ulangan. Singkatnya TIDAK BELAJAR.
b) Insya Allah, mereka -para bapak dan ibu guru- sudah memperhitungkan kualitas soal, sehingga mengizinkan untuk open book. Soal yang dibuat akan diminimalisir sedemikian rupa supaya tidak text book, supaya tidak sama dengan isi buku. Sehingga siswa yang gupek tadi akan "ketipu". Tapi, kalaupun ternyata ada, ya anggaplah itu bonus.
Jadi.... masih mau dengan soal open book??
Juni, 2010